Senin, 25 Februari 2008

Penerapan Konsep Tri Pramana Dalam Pembelajaran Matematika

KONSEP TRI PRAMANA DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA
Oleh : Dr. I Wayan Sadra, M.Ed.
Dosen Jurusan Pendidikan Matematika
Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja

Masyarakat Bali mempunyai budaya yang sangat erat kaitannya dengan ajaran-ajaran dalam agama Hindu. Salah satunya adalah ajaran Tri Pramana. Tri Pramana dahulu kala memegang peranan penting dalam kehidupan hidup orang Bali dimana banyak orang tua yang mengajarkan anaknya berdasarkan konsep Tri Pramana (Sadra, 2007). Tri Pramana berasal dari Bahasa sansekerta yaitu "Tri" dan "Pramana". "Tri" artinya tiga dan "Pramana" artinya cara memperoleh pengetahuan. Jadi Tri Pramana artinya Tiga cara memperoleh pengetahuan. Ketiga Cara tersebut adalah Praktyaksa Pramana, Anumana Pramana, dan Agama Pramana.
Sebenarnya konsep Tri Pramana dapat dilihat dari dua segi. Pertama, dapat dilihat dari hubungannya dengan cara memperoleh pengetahuan, dan kedua dapat dilihat dari hubungannya dengan hakikat manusia.

1). Hubungan Tri Pramana dengan Cara Memperoleh Pengetahuan.

1). Pratyaksa Pramana
Pengertian : Cara memperoleh pengetahuan melalui pengetahuan langsung (memanipulasi langsung berbagai objek konkret)
Aplikasi Dalam Pembelajaran Matematika : Siswa dapat diajak untuk mempelajari suatu konsep melalui memanipulasi langsung berbagai media konkret, dengan melibatkan alat peraga yang sifatnya konkret.
2). Anumana Pramana
Pengertian : Cara memperoleh pengetahuan melalui pengandaian atau ilustrasi gambar mengenai suatu fenomena konkret.
Aplikasi Dalam Pembelajaran Matematika : Siswa dapat diarahkan untuk memahami konsep matematika melalui visualisasi semi konkret yang berupa gambar-gambar seperti kartu himpunan (untuk pembelajaran bilangan), gambar model-model bangun geometri, dan gambar-gambar lainnya yang berhubungan dengan matematika.
3). Agama Pramana
Pengertian : Cara memperoleh pengetahuan melalui membaca berbagai leteratur (kalau dulu melalui membaca lontar-lontar) sehingga orang mendapatkan pengetahuan yang diinginkan.
Aplikasi Dalam Pembelajaran Matematika : Siswa diarahkan untuk memahami konsep matematika dalam bentuk simbol-simbol.

Untuk di Sekolah Dasar (SD) tentunya akan lebih baik jika dimulai dari Praktyaksa Pramana dan secara bertahap dirahkan untuk sampai kepada Agama Pramana. Dengan kata lain, untuk membantu siswa sampai kepada pemahaman symbol, perlu diawali dengan mengajak mereka memanipulasi objek konkret, kemudian ditingkatkan pada hal yang lebih abstrak berupa gambar-gambar atau media semi konkret, dan terakhir diarahkan kepada pemahaman simbol-simbol.
Sebenarnya Tri Pramana ini dilakukan oleh para leluhur di Bali dalam menghayati keberadaan Tuhan yang merupakan objek abstrak serta memahami ajaran-ajaran Hindu yang penuh dengan makna-makna terselubung. Dalam hubungan ini kita tahu bahwa konsep-konsep dalam matematika semuanya merupakan objek yang sifatnya abstrak, sehingga dengan konsep Tri Pramana ini akan dapat membantu siswa untuk memahaminya dengan lebih jelas. Lebih-lebih untuk siswa SD yang menurut teori perkembangan dari Piaget masih berada pada tahap operasional konkret. Pada tahap ini anak baru dapat memahami sesuatu kalau dihubungkan dengan fenomena konkret (Wardsworth, Barry, J. 1971). Oleh karena itu dalam pembelajaran matematika di SD perlu dimulai dari mengajak siswa memanipulasi objek konkret (Praktyaksa Pramana).
Berdasarkan gambaran di atas, penerapan pembelajaran matematika yang berorientasi pada Tri Pramana ini adalah melalui tiga tahap yaitu Praktyaksa Pramana yang berarti anak-anak diajak memahami konsep-konsep matematika melalui penggunaan alat peraga yang sudah biasa ditemukan siswa di lingkungan mereka, karena dengan penggunaan alat –alat yang sudah biasa dikenal siswa akan dapat membuat siswa lebih terkonsentrasi dengan konsep matematikanya dibandingkan dengan keberadaan alat peraga tersebut. Kemudian dalam upaya memperdalam pemahaman siswa kea rah yang lebih abstrak, siswa diajak mempelajari konsep matematika lewat ilustrasi gambar-gambar. Dengan bantuan gambar-gambar yang mengilustrasikan fenomena konkret siswa diharapkan dapat memiliki pengetahuan matematika secara lebih abstrak. Dalam penggunaan ilustrasi gambar ini berarti siswa diajak belajar matematika melalui Anumana Pramana. Setelah siswa dapat memvisualisasikan konsep matematika secara lebih abstrak melalui bantuan gambar-gambar, kemudian siswa diajak mempelajari konsep matematika tersebut dengan menggunakan symbol-simbol. Pada waktu siswa diajak belajar matematika lewat penggunaan simbol-simbol berarti siswa diajak belajar matematika lewat Agama Pramana. Perlu disadari bahwa dalam belajar matematika siswa harus sampai pada pemahaman konsep dalam bentuk simbolik karena seperti kita tahu bahwa semua konsep matematika adalah abstrak. Kalau anak belum memahami konsep matematika secara simbolik berarti mereka belum memahami konsep matematika yang sebenarnya.

2). Hubungan Konsep Tri Pramana dengan Hakikat Manusia.

Dalam hubungannya dengan konsep Tri Pramana sebagai hakikat manusia, dikatakan bahwa manusia memiliki tiga sifat utama. Dalam hal ini perlu dikemukakan bahwa makhluk hidup dapat digolongkan menjadi tiga yaitu tumbuhan, hewan, dan manusia. Tumbuhan yang digolongkan ke dalam "Eka Pramana" memiliki satu sifat yaitu sifat untuk hidup atau sifat bayu (yaitu makan dan berkembang biak). Kemudian hewan digolongkan ke dalam "Dwi Pramana" yang memiliki dua sifat yaitu sifat untuk hidup atau sifat bayu (makan dan berkembang biak) dan sifat sabda (yaitu sifat untuk bersuara dan bergerak). Terakhir adalah manusia yang digolongkan ke dalam "Tri Pramana" memiliki tiga sifat yaitu sifat hidup atau bayu, sifat sabda, dan sifat idep (yaitu sifat untuk mampu berpikir). Tumbuhan dan hewan tidak memiliki kemampuan untuk berpikir. Makhluk yang memiliki kemampuan berpikir hanyalah manusia sehingga manusia dipandang sebagai makhluk yang paling tinggi. Dari sini dapat dilihat bahwa manusia memiliki tiga sifat atau kemampuan untuk hidup yang didukung oleh kepemilikan tenaga atau bayu, kemampuan bersuara yang didukung oleh sifat sabda, dan kemampuan berpikir yang didukung oleh sifat idep. Dengan demikian manusia dapat dikatakan memiliki tiga sifat utama yaitu bayu, sabda, idep. Tiga sifat yaitu bayu, sabda, idep ini sering disebut dengan "Tri Guna" (Panitya Tujuh Belas, 1986).
Dalam hubungan penerapan Tri Pramana (sebagai hakikat manusia) dalam pembelajaran matematika, siswa hendaknya diajak berlatih berpikir secara matematis, berkomunikasi secara matematis, dan berlatih menerapkan pengetahuan matematika yang dimiliki dalam menyelesaikan masalah. Oleh karena itu dapat dilihat bahwa pembelajaran matematika melalui kegiatan ceramah harus dikurangi seminimal mungkin karena kegiatan pembelajaran yang didominasi dengan kegiatan ceramah tidak akan mampu untuk mengembangkan kemampuan anak untuk berpikir, berkomunikasi, dan menerapkan pengetahuan dalam pemecahan masalah secara simultan. Dengan kata lain kegiatan pembelajaran yang didominasi dengan kegiatan ceramah tidak akan mampu mengembangkan kemampuan anak sesuai dengan hakikatnya sebagai manusia.
Dalam hubungan dengan pelaksanaan kurikulum yang berorientasi pada pengembangan kompetensi dasar, tentunya pelaksanaan pembelajaran matematika yang berorientasi pada penerapan Tri Pramana sebagai hakikat manusia merupakan suatu pembelajaran yang sangat relevan. Kalau dicermati lebih dalam akan terlihat bahwa semua jabaran kompetensi dasar yang mesti dicapai lewat pembelajaran matematika tidak akan keluar dari ketika hakikat manusia di atas yaitu kemampuan berpikir matematis, berkomunikasi matematis, dan kemampuan menerapkan konsep-konsep matematika dalam pemecahan masalah. Bagaimanapun juga pengembangan kompetensi dasar manusia pasti akan berorientasi pada hakikat manusia itu sendiri. Secara singkat dapat digambarkan bahwa penerapan Tri Pramana sebagai hakikat manusia dalam pembelajaran matematika hendaknya berupaya untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan pola pikir, mengembangkan kemampuan berkomunikasi, dan kemampuan untuk menyelesaikan masalah atau menerapkan konsep-konsep matematika yang telah dipelajari dalam pemecahan masalah.
Untuk aspek pengembangan berpikir, dalam pembelajaran matematika siswa diberi kesempatan mengekplorasi pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki melalui pemberian tugas dalam bentuk pemecahan masalah. Hasil-hasil yang diperoleh siswa melalui kegiatan eksplorasi kemudian dikomunikasikan oleh siswa kepada temannya (termasuk guru) sehingga mereka mendapat kesempatan berlatih berkomunikasi secara matematis. Dari kesempatan komunikasi ini diharapkan siswa sampai kepada pemahaman mengenai konsep yang mereka pelajari. Terakhir, setelah siswa memperoleh pemahaman konsep, mereka diharapkan untuk sampai pada latihan menerapkan konsep-konsep tersebut ke dalam pemecahan masalah. Hal terakhir ini dimaksudkan agar siswa memiliki keterampilan dalam pemecahan masalah yang tidak hanya terbatas pada keterampilan mental tetapi juga keterampilan fisik.
Demikianlah selintas mengenai gambaran tentang Tri Pramana dalam hubungannya dengan pembelajaran matematika. Dalam pembelajaran matematika perlu dikemas sedemikian rupa sehingga sesuai dengan Tri Pramana dalam hubungannya dengan cara memperoleh pengetahuan dan Tri Pramana dalam hubungannya dengan hakikat manusia.
Kepada para guru diharapkan untuk mencoba menerapkan konsep di atas agar pembelajaran matematika menjadim lebih bermakna.

Daftar Pustaka
Sadra, I Wayan. 2007. Implementasi Konsep Tri Pramana dan Catur Paramita Dalam Pembelajaran Matematika Berbasis Budaya (Makalah
disajikan dalam Seminar Tingkat Provinsi Jurusan Pendidikan Matematika ).
Singaraja : FMIPA UNDIKSHA.

Sabtu, 23 Februari 2008

Akibat kenaikan BBM

Memang tidak bisa dipungkiri kenaikan BBM (Bahan Bakar Minyak) harus kita terima bersama. Hal ini karena haraga minyak dunia sudah semakin tinggi dan pemerintah tidak bisa lagi memberikan subsidi BBM yang begitu besar. Di samping itu subsidi BBM selama ini dinikmati oleh orang-orang yang berpengasilan di atas rata-rata. Sasaran utama yang menerima subsidi yaitu rakyat miskin tidak menerima apa-apa. Ini dikarenakan seperti yang kita ketahui bersama pemakai BBM adalah orang-orang yang memiliki kendaraan bermotor dan bagaimana mungkin orang miskin mempunyai kendaraan bermotor.
Pemerintah harus menyadari bahwa tidak semua orang miskin dapat menikmati subsidi BBM tersebut yang nilainya begitu besar. Dan ini mengindikasikan yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin. Apabila menghandalkan subsidi negara kita tidak akan bisa berkembang, harus ada terobosan baru yang lebih bermanfaat.
Sekarang Indonesia akan kekurangan BBM dan pemerintah telah mengantisipasinya dengan memberlakukan pembatasan BBM dengan menggunakan smart card. Akan tetapi cara ini banyak dinilai oleh para pakar ekonomi tidak efektif. Apakah benar hal tersebut? Kita tunggu nanti hasilnya.
Saya punya saran sebaiknya Pemerintah membatasi pembuatan kendaraan yang semakin membludak jumlahnya. Disamping untuk menghemat BBM nantinya juga dapat mengurangi kemacetan lalu lintas.

Puisi

aku

akan kubiarkan ranting kering jatuh dengan sayunya
toh’ tak membuat pilu hatimu

aku hanya batu yang berlalu dalam bayangmu
akan kubiarkan kecupan kening hinggap dengan megahnya
toh’ tak membuat merah wajahmu

aku hanya pilu yang terlalu bagai sembilu

singaraja, 2006

katak di negeriku

katak di hulu sungai sudah tak bersuara lagi
apakah air tak ada di sana
seharusnya matahari sudah di selatan
memberikan air untuk angin yang menjadikannya hujan
apakah mungkin matahari kembali ke utara
tak rela melewati katulistiwa
tidak
kurasakan matahari
sudah sering terbawa
lewat anak-anaknya yang menyela jendala
lalu,
apakah mungkin angin untuk air yang menjadikannya rintik
dihembuskan ke negeri orang
dan katak di negeri orang lah yang saban kemarau selalu bersuara
sayang

singaraja, 2007
By: kuru