Minggu, 16 Maret 2008

Mulai 2009 Guru Australia Diizinkan Ikuti ELTF di Indonesia

Brisbane (ANTARA News) - Pemerintah Australia bakal mengizinkan para guru bahasa Indonesia di sekolah-sekolah Australia untuk mengikuti program "Endeavour Language Teacher Fellowships" (ELTF) di Indonesia mulai 2009, kata Atase Pendidikan dan Kebudayaan RI di KBRI Canberra R Agus Sartono.

Kemungkinan mulai diizinkannya para guru Australia peserta program ELTF untuk mendalami kemampuan berbahasa Indonesia mereka di Indonesia itu didasarkan pada hasil pertemuannya dengan Atase Pendidikan Australia di Jakarta Shannon Smith, Februari.

"Ketika itu, saya menyampaikan keprihatinan tentang masih dilarangnya guru pengajar bahasa Indonesia yang memperoleh beasiswa ELTF untuk melakukan pengembangan profesional di Indonesia," kata Agus Sartono dalam penjelasannya kepada ANTARA News di Brisbane, Sabtu.

Kondisi yang sama justru tidak dialami para guru bahasa asing lainnya karena mereka dibolehkan untuk mengikuti program pengembangan profesional ELTF mereka di negara asal bahasa. Para guru Australia yang mengajar bahasa Indonesia terkendala oleh pemberlakuan travel advisory (peringatan perjalanan), katanya.

"Atas masalah ini dijanjikan bahwa tahun 2009 para guru akan diijinkan untuk berkunjung ke Indonesia dan melakukan program serupa di Indonesia," kata Agus Sartono.

Pada Januari lalu, sedikitnya 26 guru bahasa Indonesia se-Australia terpaksa mengikuti program ELTF di Universitas Charles Darwin di Darwin, ibukota negara bagian Northern Territory (NT).

Agus Sartono mengatakan, program peningkatan kemampuan bahasa Indonesia bagi para guru Australia itu menjadi satu-satunya program ELTF yang tidak diselenggarakan di negara asal bahasa sebagai dampak negatif dari pemberlakuan "peringatan perjalanan".

"Saya berharap kebijakan ini bisa dievaluasi kembali karena pelaksanaan program semacam ini tanpa membolehkan guru-guru Australia ke Indonesia menjadi semacam `disinsentif`," katanya.

Agus mengatakan, pihaknya hanya menuntut pemberlakuan "peringatan perjalanan" selektif untuk daerah tertentu saja dan bukan seluruh wilayah Indonesia karena hanya dengan begitu tindak lanjut kerja sama timbal balik bidang pendidikan dan kebudayaan kedua negara bisa berjalan lebih baik.

"Artinya, dengan begitu kerja sama di bidang pendidikan, seperti pertukaran pelajar tidak terhambat karena faktanya travel advisory ini memang menghambat," katanya.

Sebagai contoh, Anggoro Rini, guru SMP Negeri 5 Yogyakarta yang hadir dalam program ELTF di Darwin mengatakan kepada dirinya bahwa setidaknya sudah ada empat SLTA Australia yang bersedia membangun kerja sama sister school (sekolah kembar) dengan SMP Negeri 5 Yogyakarta, kata Agus.

"Nah ini kan perlu ada langkah konkrit Pemerintah Federal Australia untuk meninjau kembali travel advisory untuk Indonesia karena hal itu merupakan hambatan terbesar selama ini," katanya.

Berbeda dengan program Bahasa Indonesia, para guru Australia penerima beasiswa ELTF Departemen Pendidikan, Ketenagakerjaan, dan Hubungan Tempat Kerja (DEEWR) yang mengikuti program Bahasa China, Perancis, Jerman, Italia, Jepang, Spanyol dan Arab justru menjalaninya di negara asal bahasa-bahasa itu. (*)

Sumber: Antara News

Senin, 03 Maret 2008

Saatnya Warga Indonesia Sadar Terhadap Lingkungan

Saat ini Indonesia negara yang sangat kita cintai sedang menangis kesakitan. Tapi kurang tepat rasanya Indonesia yang dikatakan menangis karena yang menangis adalah warga negara Indonesia yang sedang terkena bencana baik bencana banjir, tanah loongsor, lumpur lapindo maupun bencana lain yang disebabkan oleh manusia itu sendiri baik yang disadari maupun tidak. Sebenarnya ini bukanlah salah sipa dan bertanggung jawab siapa. Yang salah adalah kita sendiri yang tidak sadar terhadap pentiingnya memelihara lingkungan. Kalau tidak kita yang suruh mencegah siapa lagi karena hanya kita yang tau kondisi lingkungan kita sendiri.

Sabtu, 01 Maret 2008

Menjelang Perayaan Nyepi Di Bali

Pada tanggal 7 Maret 2008, umat Hindu di Bali akan merayakan Hari Raya Nyepi menyambut Tahun Baru Saka 1930. Satu Hari penuh dari pagi sampai dini Hari selanjutnya masyarakat Bali melaksanakan Berata Penyepian yang terdiri dari Amati Geni (tidak menyalakan api), Amati Lelungan (tidak bepergian), Amati Lelangunan(tidak mencari hiburan),dan Amati Karya (tidak bekerja). Segala tindakan dan kegiatan di Bali semua dihentikan, baik itu transportasi, perdagangan, dan lain-lainnya kecuali dirumah sakit aktivitasnya hanya dibatasi tidak boleh keluar.

Sehari sebelum merayakan Nyepi para umat Hindu melakukan upacara Tawur Kesanga pada tengah hari yang dilaksanakan di pusat wilayah desa masing-masing seperti pertigaan ataupun perempatan jalan. Tawur kesanga ini dilakukan guna mengusir Bhuta (perbuatan yang tidak baik) dari muka bumi ini guna tercapainya keseimbangan antara kekuatan baik dan buruk. Upacara yang sangat besar ini dipimpin oleh Pendeta Hindu dan menggunakan korban bermacam-macam binatang seperti lembu, kambing, ayam, itik dan lain-lain.

Tontonan yang paling menakjubkan adalah Pawai Ogoh-Ogoh yang dilakukan pada saat menjelang malam atau disebut Sandi Kala. Ogoh-ogoh ini dibuat oleh masyarakat atau krama adat sebagai simbol Bhuta. Ogoh-ogoh lalu di arak keliling desa dengan maksud untuk mengusir kekuatan jahat yang ad dibumi ini agar tidak mengganggu manusia. Setelah keliling lalu ogoh-ogoh ini di bakar.

Pada saat Nyepi Bali bebas dari segala raungan kendaraan bermotor dan segala jenis keributan sehingga bebas juga dari polusi. Yang ada hanyalah suara-suara nyanyian burung dan hembusan angin yang damai.